Ibadah umrah merupakan salah satu bentuk penghambaan seorang muslim kepada Allah SWT. Selain menjalankan serangkaian ritual fisik, seperti tawaf, sai, dan tahallul, aspek spiritual juga memiliki peran besar dalam menyempurnakan ibadah ini. Salah satu aspek yang sering kita lupakan adalah terkait pentingnya menjaga lisan.
Lisan Mencerminkan Kualitas Ibadah
Lisan adalah cerminan hati seseorang. Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika berada dalam kondisi ihram dan menjalankan ibadah umrah, seorang muslim harus lebih berhati-hati dalam bertutur kata. Perkataan yang buruk, sia-sia, atau menyakiti orang lain dapat mengurangi pahala ibadah yang sedang dilakukan.
Menjaga Lisan dari Perkataan Sia-sia dan Dosa
Allah SWT memerintahkan setiap muslim untuk menjauhi perkataan yang sia-sia, apalagi saat menjalankan ibadah. Beberapa bentuk perkataan yang harus kita hindari saat umrah diantaranya adalah ghibah (menggunjing), yakni membicarakan keburukan orang lain, meskipun itu benar, tetap termasuk dosa.
Kemudian, namimah (adu domba), yaitu menyebarkan ucapan yang dapat memicu permusuhan. Terakhir, ucapan kasar atau marah-marah. Dalam kondisi padat dan melelahkan, terkadang seseorang mudah terpancing emosi. Namun, Islam mengajarkan untuk tetap sabar dan menahan amarah.
Menjaga Lisan untuk Meraih Umrah Mabrur
Umrah yang Allah SWT terima dan berkahi disebut sebagai umrah mabrur, yang tidak hanya dilihat dari pelaksanaan ritual fisik, tetapi juga dari bagaimana seseorang menjaga adab dan akhlaknya. Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa yang berhaji (atau umrah) lalu tidak berkata kotor dan tidak berbuat fasik, maka ia akan kembali (ke tanah airnya) seperti bayi yang baru dilahirkan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa menjaga lisan adalah bagian dari proses penyucian diri dalam umrah.
Mengganti Perkataan Buruk dengan Zikir dan Doa
Daripada menghabiskan waktu dengan perkataan sia-sia, lebih baik menggantinya dengan zikir, doa, dan tilawah Al-Qur’an. Dalam perjalanan umrah, banyak momen yang bisa kita manfaatkan untuk berzikir, seperti saat menunggu antrean, berjalan menuju Masjidil Haram, atau bahkan saat tawaf dan sai.
Allah SWT berfirman: “Sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS. Al-Anfal: 45)
Menjaga lisan saat umrah bukan hanya soal menghindari dosa, tetapi juga bagian dari cara menyempurnakan ibadah agar mendapatkan ridha Allah SWT. Dengan menghindari ucapan yang tidak baik dan menggantinya dengan zikir serta doa, seorang muslim dapat meraih umrah yang mabrur dan pahala yang berlimpah.
Semoga artikel tentang pentingnya menjaga lisan saat umrah ini dapat menjadi pengingat sehingga kita semua dapat menjaga lisan dan mendapatkan keberkahan dalam setiap ibadah yang kita lakukan. Aamiin ya rabbal alamin. (Dian Safitri)