asal-usul penamaan arafah

Asal-usul Penamaan Arafah, Hikmah dan Sejarah di Baliknya

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Hari Arafah merupakan salah satu hari paling agung dalam Islam, yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah. Di hari inilah jutaan umat muslim yang sedang menunaikan ibadah haji berkumpul di Padang Arafah untuk melaksanakan wukuf, puncak dari ibadah haji. Namun, tidak banyak yang mengetahui asal-usul penamaan Arafah, yang ternyata sarat dengan nilai-nilai spiritual dan sejarah para nabi.

Menurut Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Tafsir Mafatihil Ghaib, ada beberapa pandangan mengenai mengapa hari dan tempat ini dinamakan Arafah, yang semuanya berakar pada makna kata “arafa” yang berarti mengetahui, mengenal, atau memahami. Berikut adalah delapan alasan utama yang melatarbelakangi penamaan tersebut:

Pertemuan Kembali Nabi Adam dan Hawa

Dalam salah satu pendapat Ar-Razi, menyebutkan bahwa setelah diturunkan dari surga dan terpisah, Nabi Adam dan Hawa akhirnya bertemu kembali di tempat ini. Saat keduanya saling mengenal kembali setelah sekian lama berpisah, tempat tersebut kemudian dinamakan Arafah, yang berarti telah saling mengetahui.

Nabi Adam Mengetahui Tata Cara Haji dari Malaikat Jibril

Ar-Razi juga menyebut bahwa Malaikat Jibril mengajarkan tata cara pelaksanaan haji kepada Nabi Adam. Ketika sampai di tanah Arafah, Jibril bertanya, “Apakah engkau sudah tahu?” dan Nabi Adam menjawab, “Ya, aku sudah tahu.” Maka dari itu, tempat tersebut ber  nama Arafah, sebagai simbol pengetahuan akan syariat.

Nabi Ibrahim Mengetahui Kebenaran Mimpinya

Nabi Ibrahim as menerima mimpi berulang kali yang memerintahkannya untuk menyembelih putranya, Ismail. Ia sempat ragu, namun pada Hari Arafah ia mendapatkan keyakinan bahwa mimpinya berasal dari Allah. Karena itulah hari itu terkenal sebagai hari “mengetahui” (Arafah).

Nabi Ibrahim Mengetahui Tata Cara Ibadah Haji

Seperti halnya Nabi Adam, Malaikat Jibril juga mengajarkan tata cara ibadah haji kepada Nabi Ibrahim. Ketika sampai di Arafah, Jibril bertanya kepadanya mengenai thawaf dan pelaksanaan haji lainnya. Nabi Ibrahim menjawab bahwa ia telah memahami semuanya, sehingga tempat itu dinamakan Arafah.

Pertemuan Nabi Ibrahim dengan Keluarganya

Nabi Ibrahim pernah meninggalkan istrinya Hajar dan anaknya Ismail di Makkah untuk waktu yang lama. Allah kemudian mempertemukan mereka kembali pada Hari Arafah, menjadikan hari itu penuh makna sebagai hari pertemuan dan pengenalan kembali antarkeluarga.

Nabi Ibrahim Menerima Mimpi Penyembelihan

Sebagian ulama juga berpendapat bahwa penamaan Hari Arafah karena di hari inilah Nabi Ibrahim menerima mimpi untuk menyembelih putranya. Peristiwa ini menjadi bagian penting dari sejarah pengorbanan dan keikhlasan dalam Islam.

Penyebutan Arafah oleh Para Jemaah Haji

Hari itu juga dinamakan Arafah karena para jemaah haji sendiri menyebut tempat dan waktu mereka berhenti di tanah tersebut sebagai Arafah. Nama ini kemudian melekat sebagai penanda ibadah wukuf yang menjadi inti dari haji.

Allah Memberitahukan Ampunan-Nya

Terakhir, Ar-Razi menjelaskan bahwa penamaan Arafah karena pada hari itu Allah memperkenalkan (yata‘arraf) ampunan dan rahmat-Nya kepada para jamaah haji. Hari Arafah menjadi momentum puncak pengampunan dosa dan limpahan kasih sayang dari Allah kepada hamba-Nya yang beriman.

Itulah asal-usul penamaan Arafah. Jadi, nama Arafah bukan hanya sekadar nama geografis, tetapi mengandung berbagai makna historis dan spiritual. Ia menjadi simbol dari pengetahuan, pengakuan, pertemuan, dan pengampunan.

Melalui kisah para nabi dan hikmah di baliknya, kita dapat menyadari bahwa Hari Arafah adalah hari penuh pelajaran tentang mengenal diri, mengenal Allah, dan kembali kepada-Nya dengan penuh keikhlasan. (Dian Safitri)