bukan hanya uang

Bukan Hanya Uang, Ini Dia Tolak Ukur Seseorang Mampu Haji

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang mampu. Namun, seringkali pengertian “mampu” hanya fokus pada aspek finansial semata. Padahal, dalam Islam, kemampuan menunaikan ibadah haji memiliki cakupan yang jauh lebih luas, bukan hanya uang. Berikut ini adalah beberapa tolak ukur seseorang mampu untuk berhaji menurut pandangan Islam:

Kemampuan Finansial

Tidak dapat kita pungkiri, salah satu syarat utama berhaji adalah memiliki kemampuan ekonomi. Biaya perjalanan, akomodasi, konsumsi, hingga perlengkapan ibadah memerlukan dana yang tidak sedikit. Namun, kemampuan ini tidak hanya berhenti pada memiliki uang untuk diri sendiri.

Seorang muslim harus mampu meninggalkan nafkah yang cukup untuk keluarga yang ia tinggalkan di rumah. “..dan haji itu kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah..” (QS. Ali Imran: 97)

Kesehatan Fisik dan Mental

Kemampuan fisik menjadi pertimbangan penting. Rangkaian ibadah haji memerlukan kondisi tubuh yang prima karena melibatkan aktivitas fisik yang cukup berat seperti thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, dan melempar jumrah.

Oleh karena itu, seseorang yang sakit parah atau lemah secara fisik dan tidak mungkin melaksanakan haji tanpa bantuan orang lain, bisa dikategorikan belum mampu. Begitu pula dengan kondisi mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa berat tidak dibebani kewajiban haji karena tidak memenuhi syarat akal.

Keamanan dalam Perjalanan

Aspek keamanan juga menjadi salah satu indikator kemampuan. Jika situasi politik, keamanan, atau bencana alam di wilayah tertentu membuat perjalanan menuju Tanah Suci sangat berbahaya atau tidak memungkinkan, maka kewajiban haji belum berlaku bagi orang yang berada dalam kondisi tersebut.

Legalitas dan Administrasi

Kemampuan administratif seperti memiliki paspor, visa, dan izin dari negara juga menjadi bagian dari syarat mampu. Seseorang yang terkendala dalam hal legalitas perjalanan, misalnya masuk dalam daftar larangan bepergian (cekal), maka ia belum dikategorikan mampu.

Kebebasan dari Utang yang Memberatkan

Orang yang memiliki utang besar dan belum mampu melunasinya, apalagi jika utang tersebut menyangkut kebutuhan mendesak atau hak orang lain, sebaiknya menyelesaikan kewajiban tersebut terlebih dahulu. Haji bukan hanya ibadah fisik dan materi, tapi juga menyangkut tanggung jawab moral.

Menunaikan haji adalah ibadah yang agung, namun Islam tidak memberatkannya bagi yang belum benar-benar mampu. Maka dari itu, ukuran kemampuan untuk berhaji bukan hanya uang, tetapi juga menyangkut kesehatan, keamanan, tanggung jawab, dan kesiapan mental.

Bagi yang belum mampu, memperkuat niat, berdoa, dan berikhtiar tetap menjadi langkah utama. Karena ketika waktunya tiba dan semua syarat terpenuhi, Allah pasti akan memudahkan jalannya. (Dian Safitri)

× Tanya Admin