hakikat manusia dalam al-quran

Hakikat Manusia dalam Al-Quran

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Manusia merupakan makhluk yang unik dan istimewa dalam ciptaan Allah SWT. Dalam Al-Quran, manusia disebut dengan berbagai istilah seperti insan, basyar, bani Adam, dan an-naas, yang masing-masing menunjukkan aspek berbeda dari keberadaan manusia.

Al-Quran tidak hanya menggambarkan manusia sebagai makhluk biologis, tetapi juga sebagai makhluk spiritual, sosial, dan moral. Pemahaman tentang hakikat manusia dalam Al-Quran penting untuk menjadi landasan berpikir, bersikap, dan bertindak dalam kehidupan.

Asal Penciptaan Manusia

Al-Quran menjelaskan bahwa manusia Allah ciptakan dari tanah (thīn) dan kemudian diberi ruh dari-Nya. “Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan Dia memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya...” (QS. As-Sajdah: 7-9)

Ayat ini menunjukkan bahwa manusia berasal dari unsur fisik (tanah) dan unsur ruhani (ruh dari Allah), yang menjadikan manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani sekaligus.

Kedudukan Manusia

Al-Quran memberikan kedudukan yang sangat mulia kepada manusia. “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam…” (QS. Al-Isra: 70)

Wujud dari kemuliaan manusia ini adalah dengan adanya akal, kehendak bebas (free will), dan tanggung jawab moral. Bahkan, malaikat pun Allah perintahkan untuk bersujud kepada Adam sebagai bentuk penghormatan terhadap ciptaan Allah yang paling sempurna (QS. Al-Baqarah: 34).

Tugas dan Tanggung Jawab Manusia

Manusia dalam Al-Quran tidak hanya sebagai makhluk penerima nikmat, tetapi juga sebagai makhluk yang diberi amanah. “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia...” (QS. Al-Ahzab: 72)

Amanat itu antara lain adalah tugas sebagai khalifah di muka bumi (QS. Al-Baqarah: 30), yaitu menjalankan perintah Allah, menegakkan keadilan, dan menjaga alam semesta.

Sifat Dasar Manusia

Al-Quran juga menggambarkan sifat-sifat dasar manusia yang kontradiktif namun realistis. Di satu sisi, manusia memiliki potensi kebaikan seperti bersyukur, bersabar, dan bertakwa. Namun di sisi lain, manusia juga bisa lalai, tergesa-gesa, dan ingkar.

Beberapa sifat manusia yang terdapat dalam Al-Quran antara lain:

  1. Lemah: “…Manusia diciptakan dalam keadaan lemah.” (QS. An-Nisa: 28)
  2. Zalim dan bodoh: “...Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.” (QS. Al-Ahzab: 72)
  3. Mencintai harta: “Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cinta hartanya.” (QS. Al-Adiyat: 8)

Namun, sifat-sifat ini bukanlah bentuk pesimisme, melainkan pengingat akan pentingnya pendidikan, pengendalian diri, dan bimbingan ilahi.

Potensi dan Tujuan Hidup Manusia

Potensi utama manusia adalah menjadi hamba Allah yang taat dan khalifah di bumi. Tujuan utama penciptaan manusia: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Dengan demikian, kehidupan manusia seharusnya mengarah kepada pengabdian terhadap Allah, membangun peradaban yang adil, dan menjaga keseimbangan kehidupan.

Al-Quran memberikan pandangan holistik mengenai hakikat manusia. Manusia bukan sekadar makhluk biologis, melainkan entitas spiritual, sosial, dan moral yang memiliki tugas besar dalam kehidupan.

Dengan memahami hakikat manusia dalam Al-Quran, harapannya manusia mampu menjalani hidupnya dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan ketundukan kepada Allah SWT. (Dian Safitri)