Daya tarik Masjidil Haram memang tidak tergantikan, terutama saat musim haji dan umrah. Jutaan jemaah berupaya memanfaatkan setiap tempat yang memiliki keutamaan dan keberkahan, seperti Hajar Aswad. Para jemaah rela berdesakan untuk mencium Hajar Aswad atau menyentuh dan sekadar mengusap batu tersebut.
Berasal dari Surga
Apakah ada dalil yang menganjurkannya? Banyak yang meyakini jika Hajar Aswad adalah batu yang berasal dari surga. Sebagaimana tercantum dalam hadis riwayat Ibnu Abbas.
Rasulullah saw bersabda, “Hajar Aswad turun dari surga, awalnya lebih putih daripada susu, lalu menjadi hitam akibat dosa-dosa manusia.” Riwayat lain juga menyebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Hajar Aswad berasal dari surga.”
Mencium Hajar Aswad
Allah memberikan batu ini kepada Nabi Ibrahim untuk meletakkannya di sudut Ka’bah sebagai tanda dan penanda mulainya tawaf. Lokasi Hajar Aswad berada di sudut tenggara Ka’bah. Dalam syariat, sunnah bagi laki-laki untuk menyentuh, mencium, atau meletakkan dahinya pada Hajar Aswad sebanyak tiga kali jika memungkinkan.
Jika sulit menyentuhnya secara langsung, seseorang dapat menggunakan tongkat untuk menyentuh Hajar Aswad, lalu mencium ujung tongkat tersebut. Jika itu pun tidak memungkinkan, cukup dengan memberikan isyarat tangan kanan ke arah Hajar Aswad.
Sunnah Rasulullah
Posisi Hajar Aswad yang strategis menjadikannya tujuan utama jemaah haji dan umrah setelah tawaf. Jemaah kerap berlomba-lomba mencium atau mengusap batu hitam yang diwadahi dengan bingkai perak itu. Hal ini mengikuti sunnah Rasulullah saw sebagaimana Umar bin Khattab juga pernah mencontohkan.
Ia pernah berkata, “Aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak bisa mendatangkan manfaat maupun bahaya. Jika bukan karena aku melihat Rasulullah saw menciummu, aku tidak akan menciummu.” (Sahih Bukhari, no. 1494)
Dengan demikian, Islam sangat menganjurkan untuk menyentuh, mengusap, atau mencium Hajar Aswad. Namun, penting untuk melakukannya tanpa mencelakai atau menyakiti jemaah lain. Sayangnya, sering kali upaya mendekati Hajar Aswad memicu desak-desakan hingga membuat sebagian jemaah terjatuh atau terluka. Oleh karena itu, sikap hati-hati dan saling menghormati antar jemaah sangat ditekankan agar ibadah tetap berjalan dengan aman dan khusyuk. (Dian Safitri)