Ibadah umrah berawal dari Nabi Ibrahim (Abraham) dan putranya, Nabi Isma’il (Ishmael), sekitar 4.000 tahun lalu. Mereka membangun Ka’bah di Makkah sebagai tempat ibadah kepada Allah. Sejak saat itu sejarah umrah berlanjut dari generasi ke generasi berikutnya, dan menjadi bagian penting dari ajaran Islam.
Pada masa Nabi Muhammad saw, tata cara umrah mengalami perubahan. Sebelum Islam, kaum Quraisy juga melakukan umrah tetapi mencampurnya dengan praktik-praktik pagan yang bertentangan dengan tauhid. Setelah Nabi Muhammad menjadi rasul, beliau membersihkan umrah dari unsur-unsur pagan dan mengembalikannya pada ajaran Nabi Ibrahim.
Umrah Damai
Pada tahun ke-6 Hijriyah, Nabi Muhammad dan para sahabatnya terlibat dalam perjanjian Hudaibiyah dengan kaum Quraisy. Dampaknya memungkinkan mereka melaksanakan umrah secara damai. Pada tahun yang sama, Nabi Muhammad dan sahabat melaksanakan umrah tanpa konflik. Mengukuhkan umrah sebagai ibadah damai dalam Islam.
Umrah pun menjadi salah satu dari dua ibadah utama bersama haji. Namun dengan prosedur yang lebih singkat dan fleksibel, serta dapat kapan saja mengerjakannya. Rangkaian ritual umrah meliputi tawaf mengelilingi Ka’bah, sa’i antara Bukit Safa dan Marwah, dan tahallul (memotong rambut) sebagai tanda selesainya ibadah.
Seiring berjalannya waktu, praktik pelaksanaan umrah mengalami berbagai perkembangan. Dalam sejarah Islam yang panjang, bentuk pelaksanaan umrah telah bervariasi di banyak tempat dan masa.
Umrah Era Modern
Pada era modern, kemajuan transportasi dan infrastruktur di Arab Saudi telah memperlancar pelaksanaan umrah. Pemerintah Saudi terus memperluas fasilitas untuk menampung jemaah, termasuk pembangunan hotel, masjid, dan layanan lain di Makkah dan Madinah.
Perkembangan teknologi telah membawa transformasi besar dalam pelaksanaan umrah. Sekarang, calon jemaah dapat merencanakan perjalanan secara online mulai dari pendaftaran, pembelian tiket, hingga pemesanan akomodasi.
Berbagai aplikasi digital juga mempermudah calon jemaah untuk mengakses panduan, waktu ibadah, dan informasi praktis tentang umrah. Selain itu, media sosial memungkinkan jemaah membagikan pengalaman spiritual mereka, memberikan wawasan bagi yang lain tentang umrah.
Walaupun teknologi telah mengubah aspek-aspek teknis dari pelaksanaan umrah, nilai-nilai spiritualnya tetap kuat. Umrah tetap menjadi kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah, memperbarui iman, dan merenungkan makna hidup. (Dian Safitri)