Dalam kehidupan modern, kesuksesan identik dengan pencapaian materi seperti kekayaan, jabatan tinggi, popularitas, atau prestasi akademik. Namun, dari sudut pandang spiritual atau keagamaan, tolak ukur utama kesuksesan bukanlah dunia, melainkan akhirat. Salah satu puncak keberhasilan tertinggi yang diimpikan adalah surga. Lantas, benarkah bahwa tolak ukur kesuksesan manusia adalah surga?
Surga sebagai Tujuan Akhir
Allah SWT berfirman: “Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung…” (QS. Ali Imran: 185). Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa keberhasilan sejati seorang mukmin adalah ketika ia berhasil masuk surga dan terhindar dari neraka.
Dengan demikian, dari sudut pandang spiritual, kesuksesan hakiki bukan terletak pada apa yang kita capai di dunia, melainkan bagaimana seseorang menjalani hidupnya sesuai dengan kehendak Allah hingga akhirnya layak memperoleh tempat di surga.
Dunia: Sarana, Bukan Tujuan
Meski surga adalah tujuan akhir, bukan berarti dunia tidak penting. Dunia adalah tempat ujian, ladang amal, dan kesempatan untuk menanam benih yang kelak akan dipanen di akhirat. Kesuksesan duniawi, selama kita raih dengan cara yang halal dan kita gunakan untuk kebaikan dapat menjadi jalan menuju surga.
Namun, ketika harta, jabatan, atau pengaruh menjadi tujuan utama hingga melalaikan nilai-nilai spiritual, maka keberhasilan dunia bisa menjadi ilusi yang menyesatkan.
Pandangan Masyarakat vs Pandangan Ilahi
Banyak orang yang dianggap sukses oleh masyarakat karena pencapaian materialnya, padahal belum tentu mereka sukses di mata Allah. Sebaliknya, seseorang yang hidup sederhana namun penuh keimanan, kejujuran, dan amal baik, bisa jadi lebih dekat dengan keberhasilan hakiki.
Artinya, ukuran kesuksesan dalam pandangan manusia bisa sangat berbeda dengan ukuran kesuksesan dalam pandangan Allah. Surga adalah ukuran yang abadi, sementara kesuksesan dunia sering kali bersifat semu dan sementara.
Tolak Ukur Tertinggi
Surga memang bukan satu-satunya ukuran dalam hidup manusia dari perspektif duniawi, namun dari sisi spiritual dan kekekalan, tolak ukur kesuksesan manusia adalah surga. Karena dunia adalah tempat persiapan, bukan tujuan akhir.
Maka, sebaik-baik orang adalah mereka yang mempersiapkan hidupnya untuk akhirat, sambil tetap menjalani perannya di dunia dengan penuh tanggung jawab. Karena, kesuksesan sejati adalah keseimbangan, menjadi pribadi yang bermanfaat di dunia, namun tidak melupakan akhirat. (Dian Safitri)